Strategi Tutur Wacana Humor Nasruddin Hoja
Nasruddin banyak memanfaatkan kiat-kiat kebahasaan dalam menciptakan kelucuan pada humornya. Kiat-kiat kebahasaan itu berupa penyimpangan-penyimpangan terhadap berbagai teori tindak tutur dan juga pemanfaatan ataupun penyimpangan terhadap maksim-maksim percakapan.
Berikut ini dipaparkan kiat-kiat yang digunakan Nasruddin dalam memaksimalkan efek kelucuan dalam humornya.
Peristiwa Tindak Tutur dalam Humor Nasruddin Hoja
a. Tindak Lokusi
Seperti telah penulis diungkapkan sebelumnya, bahwa tindak lokusi adalah tindak tutur yang ditujukan semata-mata untuk menginformasikan sesuatu. Tidak ada tujuan untuk melakukan sesuatu apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak lokusi dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Guna Sebuah Lampu
“Aku bisa melihat dalam gelap,” bual Nasruddin suatu hari di warung kopi.
“Kalau begitu, kenapa kami kadang melihatmu membawa lampu ketika berjalan di malam hari?”
“O, itu sih hanya untuk mencegah agar orang tidak menabrakku.”
(CJNH:24)
Humor di atas yang mempunyai daya lokusi berupa penginformasian bahwa Nasruddin bisa melihat dalam gelap (hanya bualan Nasruddin untuk mengisi obrolan di warung kopi) sehingga tidak mempunyai ilokusi atau perlokusi apa pun seperti mempengaruhi lawan tutur. Lawan tutur hanya akan merasa kesal tapi yang mendengar atau membaca cerita tersebut pasti akan tertawa atau tersenyum simpul. Kecerdikan Nasruddin saat memperdayai lawan tuturnyalah yang membuat lucu cerita di atas. Tidak ada maksud apa-apa dalam cerita Nasruddin di atas kecuali melucu, membual atau membuat suasana ramai saja.
Nasruddin membuat pernyataan kalau dia bisa melihat dalam gelap. Artinya dia bisa berjalan dengan baik pada malam hari tanpa ada penerangan. Pernyataan Nasruddin tersebut disanggah oleh temannya karena temannya pernah melihat Nasruddin berjalan pada malam hari dengan membawa lampu
. Temannya itu pasti berpresuposisi dengan sanggahannya akan melemahkan pernyataan Nasruddin. Tidak ada orang yang bisa melihat dalam gelap tanpa penerangan kecuali orang yang mempunyai keahlian tertentu. Teman Nasruddin itu tahu kalau Nasruddin tidak mempunyai keahlian itu. Dia memberikan koreksi terhadap pernyataan Nasruddin kemudian menilai salah. Nasruddin tidak mau kalah dan malu, dia memberi alasan konyol dengan tetap membanggakan dirinya. Dia membawa lampu saat berjalan di malam hari hanya untuk mencegah agar tidak ditabrak orang. Sungguh pernyataan yang konyol dan menggelikan. Sebuah presuposisi Nasruddin tersebut tidak salah. Memang benar, kalau berjalan dalam kegelapan tanpa penerangan kemungkinan akan ditabrak orang. Yang semestinya Nasruddin pun butuh penerangan juga saat berjalan di malam hari. Presuposisi berupa pernyataan konyol itulah yang membuat lucu cerita di atas.
b. Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi adalah sebuah tindak tutur yang selain berfungsi untuk menginformasikan sesuatu, juga berfungsi untuk melakukan sesuatu.
Nasruddin banyak memanfaatkan kiat-kiat kebahasaan dalam menciptakan kelucuan pada humornya. Kiat-kiat kebahasaan itu berupa penyimpangan-penyimpangan terhadap berbagai teori tindak tutur dan juga pemanfaatan ataupun penyimpangan terhadap maksim-maksim percakapan.
Berikut ini dipaparkan kiat-kiat yang digunakan Nasruddin dalam memaksimalkan efek kelucuan dalam humornya.
Peristiwa Tindak Tutur dalam Humor Nasruddin Hoja
a. Tindak Lokusi
Seperti telah penulis diungkapkan sebelumnya, bahwa tindak lokusi adalah tindak tutur yang ditujukan semata-mata untuk menginformasikan sesuatu. Tidak ada tujuan untuk melakukan sesuatu apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak lokusi dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Guna Sebuah Lampu
“Aku bisa melihat dalam gelap,” bual Nasruddin suatu hari di warung kopi.
“Kalau begitu, kenapa kami kadang melihatmu membawa lampu ketika berjalan di malam hari?”
“O, itu sih hanya untuk mencegah agar orang tidak menabrakku.”
(CJNH:24)
Humor di atas yang mempunyai daya lokusi berupa penginformasian bahwa Nasruddin bisa melihat dalam gelap (hanya bualan Nasruddin untuk mengisi obrolan di warung kopi) sehingga tidak mempunyai ilokusi atau perlokusi apa pun seperti mempengaruhi lawan tutur. Lawan tutur hanya akan merasa kesal tapi yang mendengar atau membaca cerita tersebut pasti akan tertawa atau tersenyum simpul. Kecerdikan Nasruddin saat memperdayai lawan tuturnyalah yang membuat lucu cerita di atas. Tidak ada maksud apa-apa dalam cerita Nasruddin di atas kecuali melucu, membual atau membuat suasana ramai saja.
Nasruddin membuat pernyataan kalau dia bisa melihat dalam gelap. Artinya dia bisa berjalan dengan baik pada malam hari tanpa ada penerangan. Pernyataan Nasruddin tersebut disanggah oleh temannya karena temannya pernah melihat Nasruddin berjalan pada malam hari dengan membawa lampu
. Temannya itu pasti berpresuposisi dengan sanggahannya akan melemahkan pernyataan Nasruddin. Tidak ada orang yang bisa melihat dalam gelap tanpa penerangan kecuali orang yang mempunyai keahlian tertentu. Teman Nasruddin itu tahu kalau Nasruddin tidak mempunyai keahlian itu. Dia memberikan koreksi terhadap pernyataan Nasruddin kemudian menilai salah. Nasruddin tidak mau kalah dan malu, dia memberi alasan konyol dengan tetap membanggakan dirinya. Dia membawa lampu saat berjalan di malam hari hanya untuk mencegah agar tidak ditabrak orang. Sungguh pernyataan yang konyol dan menggelikan. Sebuah presuposisi Nasruddin tersebut tidak salah. Memang benar, kalau berjalan dalam kegelapan tanpa penerangan kemungkinan akan ditabrak orang. Yang semestinya Nasruddin pun butuh penerangan juga saat berjalan di malam hari. Presuposisi berupa pernyataan konyol itulah yang membuat lucu cerita di atas.
b. Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi adalah sebuah tindak tutur yang selain berfungsi untuk menginformasikan sesuatu, juga berfungsi untuk melakukan sesuatu.